PENDEKATAN EVEN ORGANIZER PADA
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS DAN DAYA
SAING
SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS
Afif Khoirul Hidayat
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Musamus Merauke
Jl. Kamizaun Mopah Lama, Merauke 99600
Email : afif@unmus.ac.id
Abstrak
Pendidikan merupakan suatu proses untuk
mencerdaskan kehirupan bangsa. Salah satu permasalahan yang mendasar dalam
dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah kualitas, kuantitas dan
relevansi. Penididikan jasmani merupakan integral dari pendidikan secara
keseluruhan. Pendidikan jasmani harus selalu berusaha mengkreasikan dan
mengimplementasikan ilmu olahraga terbarukan menjadi satu kombinasi nilai
dari produk, pelayanan, proses kerja, dan kebijakan tidak hanya bagi lembaga
pendidikan tapi juga stakeholder dan masyarakat. Dalam rangka menjawab
tuntutan perkambangan zaman yang begitu pesat, maka proses pendidikan jasmani
di Indonesia harus segera menyesuaikan dengan pesatnya perkembangan zaman
tersebut terutama terhadap perkembangan dunia usaha yang bergerak dalam
bidang barang maupun jasa teknologi. Bentuk pembelajaran pendidikan jasmani
dengan pendekatan event organizer merupakan salah satu cara yang sangat baik
dalam rangka menjawab permasalahan atas perkembangan dunia usaha yang begitu
pesat dan menuntut siswa memiliki berbagai ketarampilan khusus agar dapat
bersaing dan bertahan ketika sudah terjun di dunia kerja. Pembelajaran
pendidikan jasmani dengan pendekatan event organizer merupakan suatu bentuk
pembelajaran dengan memberi tugas kepada siswa menjadi beberapa kelompok
kerja yang erat kaitannya dengan penyelenggaraan kejuaraan olahraga. Pada
pembelajaran pendidikan jasmani dengan pendekatan event organizer guru harus
selalu menekankan bahwa semua siswa harus mendapat tugas ganda, sehingga
selain berperan sebagai salah satu panitia penyelenggara kejuaraan olahraga
semua siswa tetap bergerak dengan intensitas tinggi seperti pada pembelajaran
pendidikan jasmani pada umumnnya.
Kata
kunci: event, organizer,
kualitas, daya saing.
|
1.
Pendahuluan
Pendidikan diselanggarakan
dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan merupakan suatu
proses yang sangat kompleks sebagai sub sistem dalam pembangunan bangsa. Di
dalamnya terintegrasi komponen siswa, pengajar, kurikulum, sarana, prasarana
tata kelola penyelenggaraan dan keuangan. Keberhasilan mewujudkan amanat
tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu dukungan secara intagratif
dari sub sistem lain. Cita-cita luhur mencerdaskan bangsa itu sulit dicapai
bila fenomena yang berlawanan dengan praktik pendidikan terus mengemuka di
dalam masyarakat. [1]
Dalam undang-undang nomor 20
tentang sistem pendidikan Nasional tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa
pendidikan itu harus disadari arti pentingnya, dan direncanakan secara
sistematis, agar suasana belajar dan proses pembelajaran berjalan secara
optimal. Dengan terbentuknya suasana dan proses pembelajaran tersebut, peserta
didik akan aktif mengembangkan potensi sesuai dengan bakat dan minatnya. Dengan
berkembangnya potensi peserta didik, maka mereka akan memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, ke-pribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Salah satu permasalahan yang
mendasar dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah kualitas, kuantitas
dan relevansi. Peningkatan kualitas pendidikan dewasa ini merupakan kebutuhan
yang mendesak, meningat kualitas pendidikan di Indonesia sudah jauh tertinggal
dari negara tetangga, apalagi jika dibandingkan dengan negara maju. Di pihak
lain, kegiatan pembangunan yang sedang dilakasnakan membutuhkan sumberdaya
manusia yang berkualitas, demokratis, dan tanggap terhadap masalah-masalah
praktis yang harus segera diselesaikan. Sumberdaya manusia yang demikian sangat
dipengaruhi oleh kualitas pendidikan
[2] Pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan
berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan
moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui
aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara
sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang berisikan
serangkaian materi pelajaran yang memberikan konstribusi nyata dalam kehidupan
sehari-hari dalam upaya meningkatkan.
Sebagai bagian dari pendidikan,
pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang memiliki kedudukan yang vital
dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM). Keberadaan pendidikan jasmani
telah diakui oleh pemerintah dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 42 khususnnya isi kurikulum
pendidikan dasar dan menegah yang menetapkan pembelajaran pendidikan jasmani
sebagai mata pelajaran yang wajib diberikan di sekolah mulai tingkat SD sampai
dengan SLTA. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan jasmani telah menjadi bagian
integral dadi proses pendidikan. [3]
[4] Peraturan pemerintah Nomor
19 tahun 2005 menyatakan bahwa, Standar nasional pendidikan memuat kriteria
minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur
pendidikan untuk mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan
karakteristik dan kekhasan programnya. Berdasarkan peraturan tersebut maka
seorang guru harus berusaha memberikan materi pendidikan jasmani yang
berkualitas tinggi dan mampu menunjang kualitas hidup serta masa depan
siswannya. Namun fenomena yang terjadi di lapangan, guru pendidikan jasmani
hanya focus memberikan materi praktik olahraga dengan pendekatan kepelatihan
yang kaku, miskin kreativitas dan apresiasi. Berdasarkan permasalahan tersebut
maka dirasa perlu adanya pembaharuan bentuk pembelajaran dalam pendidikan
jasmani, salah satunya adalah dengan mengemas pembelajaran pendidikan jasmani
dengan pendekatan event organizer.
Event organizer merupakan
sebuah pihak yang mengelola dan mengatur suatu acara yang diselenggarakan atas
permintaan klien. Sebenarnnya profesi event organizer ini sudah ada sejak dulu
dan sering dilaksanakan oleh siswa dalam praktik sehari-hari di sekolah,
contohnnya seperti apabila di sekolah melaksanakan acara-acara sederhana.
Biasannya ada susunan kepanitiaan yang dilaksanakan olah siswa, mulai dari
penanggung jawab acara, seksi pendanaan, seksi perlangkapan, seksi komsumsi,
dan sebagainnya, mereka sudah dapat dikategorikan sebagai event organizer
secara sederhana, karena meraka bekerja bersama-sama dan bersinergi untuk
menorganisir seluruh proses muali dari persiapan hingga pelaksanaan acara.
Dalam tulisan ini akan dibahas
mengenai bentuk pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah menengah atas dengan
menerapkan pendekatan even organizer. Melalui bentuk pembalajaran ini
diharapkan siswa akan dapat menerapkan ilmu yang didapat dari proses
pembelajaran yang menerapkan pendekatan even organizer dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya pada proses penyelenggaraan perlombaan untuk
memeperingati hari besar negara Indonesia. Berbekal kemampuan yang mumpuni
terkait even organizer, akan membuat
siswa dapat menciptakan sebuah perlombaan di masyarakat yang awalnya hanya
biasa saja menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual, menarik minat penonton dan
mempu mengerakkan roda perekonomian di masyarakat luas.
2.
Pembahasan
a.
Pengertian Event Organizer
Event organizer merupakan seni
mengatur dan mengelola suatu kegiatan agar memiliki nilai dan dampak manfaat
yang lebih besar. Ragam aktivitas event antara lain entertainment event dalam
bentuk pertunjukan musik, nonton bersama, pentas seni, olahraga dan teatrikal.
Diasmping itu bentuk event lain yang sering dimanfaatkan pemasar untuk
mempromosikan produknnya adalah sport event, exhibition, seminar atau
convention event, perlombaan dan lain-lain. Pemilihan bentuk event tertentu
saja sangat dipengaruhi oleh sejauh mana relevansi event terhadap segmen pasar
mereka.
[5] Terdapat dua fokus utama
sebagai tolak ukur keberhasilan suatu event. Tolak ukur yang pertama asalah
kesuksesan dalam kemasan dan berlangsungnya acara, sedangkan tolak ukur yang
kedua adalah profit oleh sebab itu berdasarkan dua hal di atas, event dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu event murni dan event sponsor. Event murni
yaitu event yang segala sesuatu ditanggung dan diselenggarakan oleh pihak event
organizer, baik kemasan, penyajian acara, maupun pencarian sponsor untuk
mendapatkan dana yang nantinnya dikurangi dengan separuh biaya persiapan dan
pelaksanaan event dapat menjadi keuntungan pihak event organizer. Event sponsor
atau by project merupakan event yang dikerjakan event organizer sebenarnnya
telah berkurang sebagai sebagian karena pembiayaan dan profit sudah diperoleh
dari sponsor atau perusahaan penyelenggara. Event organizer hanya merupakan
tugas dengan berusaha melaksanakan event sebaik-baiknnya dengan kemasan acara
yang dapat menjadi ikon produk dengan target audiens sesuai keinginan sponsor.
[6]
Dalam rangka mewujudkan
kesuksesan sebuah event merupakan sebuah kerja keras yang membutuhkan konsep
yang jelas dan terarah. Di bawah ini beberapa tahapan strategis dalam
menyelenggarakan sebuah event:
1)
Konsep yang menarik dan kreatif
2)
Proses tahapan pembuatan event
3)
Eksekusi event yang significant
4)
Konsep Yang Menarik dan Kreatif
Dalam
rencana pembuatan konsep event, tim
kerja atau panitia event harus kritis dengan apa yang sedang marak di lingkungan
sekitar, baik lokal, nasional, maupun global. Setelah tema tercipta, maka tim
kerja harus memberikan perbedaan dalam konsep tersebut dari event organizer
yang lain. Tim kerja harus berani melakukan eksperimen dalam pembuatan konsep
yang berbeda, bahkan jika perlu sesuatu yang belum pernah di bayangkan orang.
Kegiatan Jelas itu sangat penting, karena itulah sebuah event organizer harus
memiliki ide-ide kreatif. Kita tidak ingin membuat suatu acara hanya sebatas
acara biasa. Tetapi alangkah baiknya jika acara tersebut dapat membuat kenangan
tersendiri. Dari konsep inilah semua rancangan acara akan kita buat,” [7]
Perencanaan
yang dilakukan oleh tim kerja event organizer haruslah dilakukan secara matang.
Berikut adalah tahapan yang harus dilakukan oleh tim kerja atau panitia event
agar penyelenggaraan event dapat berjalan lancar dan menghasilkan kegiatan yang
meriah,
1)
Mencari konsep yang kreatif.
2)
Menuangkan konsep dalam suatu rancangan tertulis.
3)
Membentuk tim untuk event yang akan di selenggarakan.
4)
Membicarakan konsep dengan tim dan membuat skema aturan
mainnya (Kerangka Pikiran), kemudian menyusunnya dalam bentuk proposal.
5)
Menentukan pihak-pihak yang akan terlibat dalam event
tersebut, dan membuat daftar tujuan proposal.
6)
Menyebarluaskan proposal, dengan cara yang tepat.
7)
Melakukan follow up terhadap proposal, dan memberikan batas
waktu kepada calon sponsor.
8)
Menghubungi seluruh supplier, pengisi acara, reconfirm venue
dan seluruh atribut pendukung lainnya. Seperti, perijinan, keamanan dll.
9)
Melakukan kontrak kepada semua pihak
10)
Melakukan technical meeting dengan seluruh pengisi/pendukung
acara
11)
Jika diperlukan melakukan konferensi pers
12)
Melakukan publikasi
13)
Merekruit sesuai dengan kebutuhan
14)
Siap melakukan loading dan akhirnya eksekusi
Selain perencanaan tahapan pada eksekusi event juga
memiliki peran yang signifikan terhadap berhasil tidaknnya penyelenggaraan
suatu event. [8] Terdapat hal-hal yang harus dilakukan
oleh tim kerja event organizer dalam mengeksekusi suatu event:
1)
Pemilihan orang-orang yang berpotensi dan sesuai dengan
posisi yang akan dilakukan di event tersebut, misal; stage manager, seksi
perlengkapan, seksi dokumentasi, seksi konsumsi, dll..
2)
Pemilihan supplier yang significant dan berkualitas, baik
dalam hal perlengkapan, konsumsi, dll.
3)
Membuat rundown acara yang tidak boleh ada putusnya, tetap
mengalir (padat).
4)
Tepat waktu.
5)
Konsep event harus sesuai dengan apa yang telah
dipresentasikan awal kepada klien.
6)
Sesering mungkin meng-announce produk klien kepada audience,
atau ucapan terima kasih.
7)
Menjaga keamanan dan ketertiban event sehingga tidak menelan
korban jiwa atau sejenisnya.
8)
Hasil acara diliput di media cetak / elektronik
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa event
organizer merupakan ragam aktivitas entertainment dalam bentuk pertunjukan musik,
nonton bersama, pentas seni, olahraga dan teatrikal. Dalam
rencana pembuatan konsep event, tim
kerja atau panitia event harus kritis dengan apa yang sedang marak di
lingkungan sekitar, baik lokal, nasional, maupun global.
b.
Strategi Peningkatan Mutu Event Olahraga
Mutu adalah seluruh ciri serta sifat barang atau jasa
yang berpengaruh pada kemampuannya memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun
tersirat. [9] Mutu event olahraga adalah kunci penciptaan nilai dan kepuasan
pelanggan atau penguna jasa event olahraga yang terdiri dari strategi untuk
mencapai mutu pemasaran total yang tergantung pada koordinator total quality marketing (mutu pemasaran total) suatu event olahraga, dengan
memerlukan pemahaman-pemahaman sebagai berikut:
1) Mutu harus disadari pelanggan yang terdiri dari
penonton dan pemain,
2) Mutu harus selalu ditampilkan dalam setiap kegiatan
event,
3) Mutu memerlukan komitmen panitia penyelenggara event,
4) Mutu memerlukan mitra yang bermutu (sponsor),
5) Peningkatan mutu sering memerlukan lompatan jauh ke
depan,
6)
Mutu tidak perlu
mahal.
[10] Terdapat enam (6) konsep strategi kepuasan
pelanggan atau penguna jasa event, yaitu sebagai berikut:
1) Relationship marketing
strategy, yaitu cara untuk menciptakan
hubungan jangka panjang untuk mewujudkan kesetiaan pelanggan melalui kemitraan.
Contohnya mengadakan hubungan kerja sama dengan sekolah-sekolah klub-klub
olahraga, dan KONI dengan terencana.
2) Superior customer service
strategy, yaitu menawarkan jasa yang
lebih baik dibandingkan dengan jasa yang ditawarkan pesaing. Contoh Klinik
kebugaran selain menawarkan senam aerobik, fitness centre, juga menawarkan
terapi terhadap pasien yang stroke.
3) Extra ordinary guarantees
strategy, yaitu memberikan jaminan
istimewa untuk mengatasi kerugian pelanggan. Contohnya para mahasiswa yang
mengikuti pertandingan mendapat asuransi kecelakaan.
4) Customer complain handling
strategy, yaitu penanganan keluhan untuk
merubah ketidakpuasan menjadi kepuasan dan loyalitas pelanggan. Pada organisasi
olahraga ada penanggungjawab khusus yang menangani permasalahan pada saat
berlatih.
5) Service performance
improvement strategy, yaitu perbaikan
setiap dimensi kualitas secara periodik dan terus menerus untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan. Contohnya gedung olahraga, peralatan, pelayanan terhadap
atlet/ member, kemanan, dan lain-lain).
6) Quality function deployment
strategy, yaitu perancangan suatu proses
sebagai respon terhadap kebutuhan dan tuntutan pelanggan. Klub dan perkumpulan
olahraga harus selalu cepat dalam menanggapi kebutuhan dan tuntutan masyarakat
sehingga dapat memanfaatkan yang ada.
Koordinator bisnis pada event organizer harus berusaha
dapat menata sasarannya secara hirarkis dari yang paling penting sampai yang
kurang penting, dengan misi memberikan pelayanan baik bagi penonton dan pemian
dalam sebuah event. [11] Dasar pemikiran strategis dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
1) Keunggulan biaya keseluruhan, yaitu manajer berusaha
menekan biaya produksi dan distribusi serendah mungkin sehingga harganya lebih
rendah dari pada pesaingnya.
2) Pembedaan (Deferensiasi),
yaitu manajer berusaha mencapai kinerja yang terbaik sesuai dengan keinginan
pelanggan. Pembedaan terbaik dapat berupa dalam pelayanan, mutu, gaya,
teknologi, dan lain-lain.
3) Fokus, yaitu manajer memfokuskan pada salah satu
segmen pasar yang sempit dan tidak mengejar pasar umum. Contoh: (a) membuka
kursus tenis bagi eksekutif yaitu: direktur, rektor, dekan, bupati, dll. (b)
Pengobatan alternatif dengan latihan pernafasan.
Penyelenggaraan event
olahraga merupakan sebuah aktivitas yang lazim dilaksanakan di
masyarakat. Beberapa moment dalam penting
olahraga biasanya selalu
menghadirkan acara dengan berisikan berbagai pertandingan dan perlombaan
olahraga. Dengan kata lain penyelenggaraan event olahraga sebenarnya bukan merupakan hal baru dalam kurun
pertumbuhan perkembangan budaya di masyarakat kita.
Dewasa ini, di Indonesia telah
banyak event olahraga yang diselenggarakan
secara formal. Namun banyak event yang
justru diselenggarakan secara nonformal dan bersifat temporal spontanitas.
Penyelenggaraan event olahraga
formal terkait dengan ajang kompetisi cabang-cabang olahraga dalam level
tertentu. Dalam tataran event formal
ini kita telah familiar dengan Pekan Olahraga Pelajar, Pekan Olahraga
Mahasiswa, Pekan Olahraga Daerah, Pekan Olahraga Nasional, Sea Games, Asian Games, bahkan
Olimpiade. Sementara itu terdapat banyak penyelenggaraan event olahraga nonformal yang bentuk
dan variasinya amat beragam. Berbagai festival olahraga dan berbagai aktivitas
kompetisi hiburan dikembangkan dan dikreasikan oleh beberapa event organizer (EO).
Penyelengaraan olahraga formal
dan nonformal keduanya merupakan kekayaan dalam tradisi, budaya, dan peradaban
masyarakat. Bentuk, mutu, dan dampak penyelenggaraan merupakan indikator
tentang eksistensi kemasyarakatan bahkan kebangsaan. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan jika banyak daerah maupun negara yang “berebut” untuk menjadi tuan
rumah penyelenggaraan suatu event olahraga,
terutama olahraga formal yang sudah diagendakan secara berkala dalam tingkat
domestik, maupun pada tataran internasional.
Hakikat penyelenggaraan event olahraga setidak-tidaknya
memiliki berbagaai substansi yang meliputi pemahaman bahwa penyelenggaraan
sebuah event adalah: (1) bagian
integral dari upaya pembinaan olahraga sekaligus sebagai titik kulminasi upaya
pembinaan secara menyeluruh: membangkitkan minat, pemanduan bakat, seleksi, dan
kompetisi; (2) ajang pertarungan martabat dan kehormatan bangsa; (3) ajang
persaingan bisnis dan industri olahraga; dan (4) sarana edukasi sosial dan entertainment.
Sejak lahirnya Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UUSKN), gerakan
penataan keolahragaan nasional sampai pada tahap penguatan secara yuridis
formal. Secara lebih operasional, UUSKN kemudian diikuti dengan diberlakukannya
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 yang mengatur tentang
Penyelenggaraan Olahraga. Penyelenggaraan olahraga pasca lahirnya PP Nomor 16
Tahun menjelaskan secara kongkret bahwa pemerintah tidak sekadar telah
meletakkan payung hukum yang lebih kuat, tetapi juga menjelaskan secara tegas
tentang sebuah kebijakan olahraga nasional yang mensistem dan diberlakukan
secara nasional. [12]
Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2007, telah dijelaskan bahwa standarisasi nasional keolahragaan
bertujuan untuk menjamin mutu penyelenggaraan sistem keolahragaan nasional
melalui pencapaian standar nasional keolahragaan. Lingkup Standar Nasional
Keolahragaan, meliputi: (1) Standar Kompetensi Tenaga Keolahragaan, (2) Standar
Isi Program Penataran/Pelatihan Tenaga Keolahragaan, (3) Standar Sarana dan
Prasarana Olahraga, (4) Standar Pengelolaan Organisasi Keolahragaan, (5)
Standar Penyelenggaraan Keolahragaan, dan (6) Standar Pelayanan Minimal
Keolahragaan.
[13] Upaya pencapaian tingkat
kualitas jasa pelayanan event olahraga, sangat erat hubungannnya dengan tingkat
kepuasan pelanggan atau penonton. Karena sulitnya pelayanan kualitas jasa dalam
event olahraga, maka perlu strategi dalam konsep manajemen pemasaran jasa
adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan suatu strategi pelayanan dalam event
olahraga, yaitu strategi tingkat keunggulan yang dijanjikan kepada pengguna
jasa. Hal ini meliputi; bidang bisnis apa yang berhubungan dengan olahraga,
siapa calon penguna jasannya, dan apa yang dibutuhkan pengguna jasa.
2) Mengkomunikasikan kualitas pada penguna jasa event
olahraga, yaitu menginformasikan kepada pelanggan sehingga mengetahui dengan
jelas tingkat pelayanan yang akan diperoleh, antara lain ruang tunggu,
peralatan yang modern, pemeriksaan kesehatan yang berkala dan lain-lain.
3) Menetapkan suatu standar yang jelas dan terukur,
walaupun pada jasa event olahraga sulit untuk menetapkan standar, tetapi perlu
dibisniskan sehingga bagi pelanggan akan jelas mengenai tingkat kualitas yang
akan dicapai.
4) Menetapkan sistem pelayanan yang efektif pada pengguna
jasa event olahraga, yaitu memberikan suatu sistem, metode dan prosedur yang
efektif untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa secara tepat.
5) Personil panitia event olahraga yang berorientasi pada
kualitas pelayanan, yaitu instruktur, pelatih, atau tukang pijat yang
berkualitas dan bersertifikat serta mengetahui dengan jelas standar kualitas
pelayan.
6) Melakukan survai tentang kepuasan pengguna jasa secara
periodik dan sistimatis sehingga dapat mengetahui tentang kepuasan pengguna jasa
olahraga dan kebutuhannya yang selalu berubah-ubah.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa mutu event olahraga adalah kunci penciptaan nilai dan
kepuasan pelanggan atau penguna jasa event olahraga yang terdiri dari strategi
untuk mencapai mutu pemasaran total yang tergantung pada koordinator total quality marketing (mutu pemasaran total) suatu event olahraga. Upaya
pencapaian tingkat kualitas jasa pelayanan event olahraga, sangat erat
hubungannnya dengan tingkat kepuasan pelanggan atau penonton. Karena sulitnya
pelayanan kualitas jasa dalam event olahraga, maka perlu strategi dalam konsep
manajemen.
c.
Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMA
Pembelajaran dalam arti umum
dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil dari
proses pembelajaran itu sendiri. [14] Pembelajaran merupakan setiap upaya yang
dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Berdasar pengertian pembelajaran di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja
oleh pendidik untuk memberikan kegiatan belajar yang efektif dan efisien
.Pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai bentuk maupun cara yang digunakan.
[15] Pembelajaran yang efektif harus dilakukan dengan berbagai cara dan
menggunakan berbagai macam media pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas
sebagai seorang guru wajib kirannya memiliki kiat maupun seni untuk memadukan
antara media yang digunakan dan pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dihasilkan
akan memiliki kualitas atau bobot yang tinggi.
Pendidikan jasmani sebagai
komponen secara keseluruhan dari pendidikan telah disadari manfaatnya oleh
banyak kalangan. Dengan demikian, pendidikan jasmani merupakan bagian integral
dari penidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, ketarampilan gerak, ketrampilan berpikir kritis,
ketarampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktiviats jasmani yang direncanakan secara
sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
[16] Pendidikan jasmni
bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai
kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam apek fisik,
mental, soaisl, emosional, dan moral. Sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional bab II pasal 4
disebutkan bahwa” pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantab dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. [17]
Dalam pembelajaran pendidikan
jasmani, seorang guru pendidikan jasmani harus memahami materi yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan individual sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan
lancar. Materi pembelajaran merupakan bahan yang digunakan untuk menapai atau
untuk mewujudkan terselengarannya tujuan yang telah dirumuskan. [18]
Materi pendidikan jasmani
sangat berguna dan semuanya saling berkaitan. [19] Materi mata pelajaran
penidikan jasmani meliputi pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar
permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri atau senam, aktivitas
ritmis, akuatik dan pendidikan luar kelas. Sehingga seorang guru harus
menetapkan tujuan yang bersifat umum menjadi bersifat khusus, serta memilih
materi pembelajaran yang sesuai dan paling baik untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
[20] Sebagai salah satu
komponen dalam sistem pendidikan, pendidikan jasmani memiliki tiga peran, yaitu
peran konservatif, peran kreatif, serta peran kritis dan evaluatif,
1)
Peranan Konservatif
Peran konservatif pendidikan
jasmani adalah melestarikan berbagai nilai budaya olahraga tradisional sebagai
warisan masa lalu. Sebab sekarang ini era globalisasi memungkinkan mudahnya
pengaruh budaya asing yang menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatifnya
pendidikan jasmani berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat
merusak nilai – nilai luhur masyarakat, sehingga keajegan dan identitas
masyarakat akan tetap terpelihara.
2)
Peran Kreatif
Peran kreatif dalam pendidikan
jasmani harus ada sebab, masyarakat selalu bersifat dinamis dan selalu
mengalami perubahan. Dalam hal ini pendidikan jasmani harus mengandung hal –
hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi
yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat
yang senantiasa bergerak maju secara dinamis. Kreatifitas dalam pendidikan
jasmani diperlukan karena pendidikan jika tidak mengalami perubahan – perubahan
akan tertinggal, sehingga pelajaran yang diberikan menjadi kurang bermakna dan
tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat.
3)
Peran Kritis dan
Evaluatif
Pendidikan jasmani di sini berperan untuk menyeleksi
nilai dan budaya mana yang perlu dipertahankan, dan nilai atau budaya baru yang
mana yang harus dimiliki anak didik. Pendidikan jasmani harus berperan
menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk
kehidupan anak didik. Dalam proses pengembangannya harus berjalan simbang.
Penidikan jasmani yang terlalu menonjolkan konservatifnya cenderung akan
membuat pendidikan ketinggalan zaman. Seballiknya pendidikan jasmani yang
menonjolkan peran kreatifnya dapat membuat hilangnya nilai – nilai budaya
masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan jasmani harus selalu berusaha mengkreasikan dan
mengimplementasikan ilmu olahraga terbarukan menjadi satu kombinasi nilai dari
produk, pelayanan, proses kerja, dan kebijakan tidak hanya bagi lembaga
pendidikan tapi juga stakeholder dan
masyarakat. Pembelajaran pendidikan jasmani dengan pendekatan event organizer
merupakan salah satu cara yang paling baik dalam rangka menjawab permasalahan
dan tantangan pendidikan yang telah diuraikan di atas. Melalui pembelajaran
pendidikan jasmani dengan pendekatan event oraganizer, siswa dituntut untuk
menjadi individu yang kreatif, konservatif, kritis dan evaluatif.
d.
Pendekatan Event Organizer dalam Pendidikan Jasmani di
SMA
Perkembangan dunia usaha di
Indonesia, dewasa ini telah memperlihatkan ke arah yang menggembirakan.
Terbukti dengan semakin menjamurnya berbagai bentuk badan usaha yang bergerak
dalam bidang barang maupun jasa, baik itu skala kecil maupun besar. Salah
satunya adalah Event Organizer. Dalam pengertian ini yang dimaksudkan dengan
Event Organizer lebih mengarah pada profesi, yaitu suatu lembaga baik formal
maupun non formal, yang di percaya untuk melakukan kegiatan. Misal; peluncuran
suatu produk baru, pesta, seminar, pagelaran musik, dan lain sebagainya, di
sesuaikan dengan permintaan pengguna jasa atau inisiatif Event Organizer
sendiri.
Berdasarkan tuntutan
perkambangan zaman yang begitu pesat, maka proses pendidikan di Indonesia juga
harus segera menyesuaikan dengan pesatnya perkembangan usaha yang bergerak
dalam bidang barang maupun jasa teknologi saat ini. Salah satu cara yang harus
dilakukan oleh pendidik adalah membekali siswanya berbagai keterampilan yang
dibutuhkan untuk mengembangkan usaha yang bergerak dalam bidang barang maupun
jasa agar dapat bertahan dan bersaing setelah terjun di dunia kerja.
Pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran formal yang diberikan kepada
siswa sekolah menengah atas. Bentuk pembelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan dengan pendekatan event organizer merupakan salah satu cara yang
sangat baik dalam rangka menjawab permasalahan atas perkembangan dunia usaha
yang begitu pesat dan menuntut siswa memiliki berbagai ketarampilan khusus agar
dapat bersaing dan bertahan ketika sudah terjun di dunia kerja. Pembelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diselanggarakan dengan
pendekatan event organizer adalah suatu bentuk pembelajaran dengan membagi
siswa menjadi berbagai sub bidang kerja, yaitu: panitia pertandingan, wasit,
pelatih dan pemain. Pembagian bub bidang kerja tersebut merupakan bentuk penyederhanaan
dari event kejuaraan olahraga yang sesungguhnnya, namun dengan pengenalan sub
bidang kerja tersebut kepada siswa, diharapkan siswa dapat mengetahui item-item
dasar yang harus dipenuhi sehingga dapat
diselenggarakannya suatu kejuaraan olahraga. Pemahaman item-item dasar
penyelengaraan kejuaraan olahraga yang baik oleh siswa dapat digunakan sebagai
dasar atau acuan pengembangan pengetahuan untuk pengaplikasian pada kejuaraan
atau event olahraga yang sesungguhnnya. Berikut adalah langkah-langkah
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Menengah Atas
yang dilakukan dengan pendekatan event organizer:
1)
Bagian Pendahuluan
Tahapan ini merupakan awal dari
kegiatan belajar mengajar yang merupakan fondasi atau landasan bagi aktivitas
berikutnya. Dalam penidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilakukan
dengan pendekatan event organizer, pendahuluan dilakukan untuk menyampaikan
informasi dalam bentuk instruksi melalui komunikasi dengan siswa, memusatkan
perhatian siswa pada topik atau materi yang akan disajikan, dan menjelaskan
tujuan pembelajaran dengan pendekatan event organizer yang harus dicapai. Ada
tiga fungsi pendahuluan yaitu:
2)
Meletakan
hubungan awal guru dan siswa.
Hubungan awal yang dimaksud
adalah kegiatan saling sapa antara guru dan siswa. Guru menjelaskan prosedur
pembelajaran dengan pendekatan event organizer yang akan dilaksanakan. Hubungan
ini untuk menetapkan status dan kewajiban setiap siswa dalam pembagian tugas
selama pelaksanaan pembelajaran.
3)
Menangkap
perhatian siswa.
Karena siswa berasal dari
berbagai latar belakang yang berbeda (jenis kelamin, kemampuan gerak,
pengetahuan, motivasi, minat dan sebagainya) maka guru harus memusatkan dan
menangkap perhatian siswa pada pembelajaran yang dilaksanakan. Tujuannya adalah
agar pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan event organizer dapat
berjalan efektif dengan ditandai aktifnya siswa bergerak melaksanakan tugas
gerak sesuai kelompok tugasnnya.
4)
Menyingkapkan
substansi materi.
Guru perlu menguraikan materi
secara singkat melalui ungkapan-ungkapan dalam bentuk kata kunci (key word) yang mudah dimengerti
seluruh siswa. Kata kunci harus singkat, padat, dan jelas atau mudah dimengerti
oleh seluruh siswa. Guru juga harus menjelaskan tujuan yang akan dicapai pada
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan pendekatan event
organizer.
5) Bagian Inti
Setelah bagian pendahuluan
disampaikan, guru memasuki tahapan bagian inti dari kegiatan belajar mengajar.
Pada bagian ini guru harus mempertimbangkan empat hal yaitu :
a)
Ruang lingkup materi.
Guru harus menyampaikan seluruh
materi sesuai dengan bahan yang harus dipelajari siswa. Akan lebih baik apabila
guru terlebih dahulu memperkenalkan kepada siswa konsep menarik dan kreatif,
proses tahapan event dan porses eksekusi event. Khusus berkenaan dengan keterampilan motorik, guru harus menguasai
jenis keterampilan tersebut, minimalnya harus mampu mendemonstrasikan atau
memberi contoh kepada siswa.
b)
Hubungan materi.
Dalam menyajikan materi, guru
harus memahami hubungan antara materi dengan konsep event organizer. Maksudnya
adalah agar materi tersampaikan secara sistematis kepada siswa. Hubungan antara
sub bidang panitia pertandingan, wasit, pelatih dan pemain sebagai upaya
peningkatan keterampilan tahap lanjut disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa. Yang terpenting lagi selama proses belajar gerak adalah siswa harus
melewati tahapan yang sesuai dengan fase belajar gerak usia anak SMA (kognitif,
asosiatif, dan otomatisasi).
c)
Teknik
penyajian.
Guru harus mampu menyajikan
pembelajaran dengan pendekatan event organizer yang disesuaikan dengan materi
dan tingkat kemampuan siswa. Pemilihan pendekatan event organizer juga harus
tetap memperhatikan ketersediaan media atau alat bantu untuk semakin
memperjelas materi yang disajikan. Berikut adalah pembagian tugas yang harus
guru jelaskan kepada siswannya sehingga terwujud pembalajaran dengan pendekatan
event organizer:
(1)
Sub
bidang panitia pertandingan
(a)
Bertugas
menyusun pertandingan dari persiapan sampai penutupan.
(b)
Mengorganisir
pertandingan
(c)
Membantu
masing-masing tim untuk mendapatkan tempat latihan (pembagian lapangan untuk
latihan)
(d)
Membuat
proposal sederhana untuk sponsor
(e)
Menyediakan
untuk kebutuhan tim, pembagian peralatan hingga logistik.
(2)
Sub
bidang wasit
(a)
Menyusun
peraturan pertandingan
(b)
Menyusun
bagan pertandingan
(c)
Menyiapkan
peralatan pertandingan
(d)
Memimpin
pertandingan
(e)
Menyimpan
peralatan setelah pertandingan
(3)
Sub
bidang pelatih
(a)
Menyusun
materi latihan
(b)
Menentukan
dosis latihan
(c)
Menyusun
jadwal latihan
(d)
Mendampingi
tim pada saat bertanding
(e)
Melakukan
evaluasi sederhana pasca pertandingan
(4)
Sub
bidang pemain
(a)
Mengikuti
proses latihan dengan baik
(b)
Bertanding
dengan penuh sportifitas
(c)
Membangun
komunikasi yang baik antar pemain
(d)
Membantu
tugas panitia pertandingan, wasit dan pelatih
Pada pembelajaran pendidikan
jasmani dengan pendekatan event organizer, guru harus pandai membagi tugas yang
harus diemban olah masing-masing siswa. Guru harus selalu menekankan bahwa
tidak boleh ada siswa yang hanya menjadi seorang pemain saja, semua harus
memiliki tugas ganda atau selain menjadi pemain dia harus merangkap tugas
sebagai panitia pertandingan, atau pelatih atau wasit. Pada pebelajaran ini,
tugas selain latihan dan proses pertandingan harus di kerjakan di luar jam
pembelajaran, sehingga jam pelajaran diisi dengan gerak bukan menyusun proposal
sponsorsip, penyusunan bagan dan lain sebagainnya. Pada saat proses latihan
semua siswa harus bergabung ke tim masing-masing untuk ikut latihan termasuk
panitia dan wasit, sehingga tidak ada siswa yang pasif selama proses
pembelajaran berlangsung. Wasit tidak diperkenankan bertugas saat timnya
bertanding, karena saat timnnya bertanding siswa tersebut harus ikut bertanding
dan membela timnnya.
d)
Memotivasi siswa.
Materi dan teknik penyajian
event organizer yang sudah terorganisir sedemikian rupa tidak akan berarti
apa-apa apabila perhatian dan aktivitas siswa tidak sesuai harapan guru karena
motivasi siswa yang rendah. Guru harus mampu menyajiakan berbagai variasi
bentuk motiovasi agar kegiatan belajar siswa menjadi dinamis dan proses
pembelajaran menjadi kondusif.
6) Bagian Penutup
Pada bagian ini guru dapat
merumuskan kesimpulan dan menyampaikan materi yang akan disajikan pada
pertemuan berikutnya dengan harapan agar siswa mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Perlu juga disampaikan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani dengan
pendekatan event organizer bersifat klasikal sebagai umpan balik bagi siswa
berkenaan dengan pelaksanaan tugas gerak yang dicapainya. Siswa berhak untuk
menanyakan kekurangan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Dalam praktek pendidikan jasmani, bagian penutup biasanya diisi dengan
aktivitas penenangan atau relaksasi.
Keputusan penting yang harus
diambil selama proses pembelajaran penidikan jasmani dengan pendekatan event
organizer yang diawali dengan membuat perencanaan sampai kepada pemilihan jenis
evaluasi belajar adalah menetapkan suatu metode pengajaran yang dinilai
menjanjikan hasil belajar yang efektif. Proses penetapan itu harus berdasarkan
prinsip-prinsip yang mendasari metode-metode proses pembelajaran yang bersumber
pada pihak guru, siswa, atau bahan ajar.
3. Penutup
Event organizer merupakan ragam
aktivitas entertainment dalam bentuk pertunjukan musik, nonton bersama, pentas
seni, olahraga dan teatrikal. Dalam rencana pembuatan konsep event, tim
kerja atau panitia event harus kritis dengan apa yang sedang marak di
lingkungan sekitar, baik lokal, nasional, maupun global. event olahraga adalah kunci penciptaan nilai dan
kepuasan pelanggan atau penguna jasa event olahraga yang terdiri dari strategi
untuk mencapai mutu pemasaran total yang tergantung pada koordinator total
quality marketing (mutu pemasaran total) suatu event olahraga. Upaya
pencapaian tingkat kualitas jasa pelayanan event olahraga, sangat erat
hubungannnya dengan tingkat kepuasan pelanggan atau penonton. Karena sulitnya
pelayanan kualitas jasa dalam event olahraga, maka perlu strategi dalam konsep
manajemen.
Pendidikan jasmani harus selalu
berusaha mengkreasikan dan mengimplementasikan ilmu olahraga terbarukan menjadi
satu kombinasi nilai dari produk, pelayanan, proses kerja, dan kebijakan tidak
hanya bagi lembaga pendidikan tapi juga stakeholder dan masyarakat.
Pembelajaran pendidikan jasmani dengan pendekatan event organizer merupakan
salah satu cara yang paling baik dalam rangka menjawab permasalahan dan
tantangan pendidikan yang telah diuraikan di atas. Melalui pembelajaran
pendidikan jasmani dengan pendekatan event oraganizer, siswa dituntut untuk
menjadi individu yang kreatif, konservatif, kritis dan evaluatif. Berdasarkan
tuntutan perkambangan zaman yang begitu pesat, maka proses pendidikan jasmani di
Indonesia juga harus segera menyesuaikan dengan pesatnya perkembangan usaha
yang bergerak dalam bidang barang maupun jasa teknologi saat ini. Salah satu
cara yang harus dilakukan oleh pendidik adalah membekali siswanya berbagai
keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha yang bergerak dalam
bidang barang maupun jasa agar dapat bertahan dan bersaing setelah terjun di
dunia kerja.
Pembelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan dengan pendekatan event organizer merupakan salah satu
cara yang sangat baik dalam rangka menjawab permasalahan atas perkembangan
dunia usaha yang begitu pesat dan menuntut siswa memiliki berbagai ketarampilan
khusus agar dapat bersaing dan bertahan ketika sudah terjun di dunia kerja.
Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diselanggarakan
dengan pendekatan event organizer adalah suatu bentuk pembelajaran dengan
membagi siswa menjadi berbagai sub bidang kerja, yaitu: panitia pertandingan,
wasit, pelatih dan pemain. Pembagian bub bidang kerja tersebut merupakan bentuk
penyederhanaan dari event kejuaraan olahraga yang sesungguhnnya, namun dengan
pengenalan sub bidang kerja tersebut kepada siswa, diharapkan siswa dapat
mengetahui item-item dasar yang harus dipenuhi sehingga dapat diselenggarakannya suatu kejuaraan
olahraga.
Daftar
Pustaka
[1] Suparlan.
“Metode Mengajar untuk Mengasah Otak dan Mengembangkan Sikap Saling
Menghormati”. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia. pp 1. 2010.
[2] Andun Sudijandoko. “Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Yang Efektif dan Berkualitas”. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. pp
11. 2010.
[3] Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003. “Tentang Sistem Pendidikan Nasional”. Jakarta: Depdiknas.
[4] Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. “Tentang Standar Nasional Pendidikan”. Jakarta:
Depdiknas.
[5] Sulyus Natoradjo. “Event Organizer, Dasar
Dasar Event Management”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. pp 71. 2011.
[6] Andri Kristanto. “Event Organizer Pameran
Seni”. Jakarta: Indeks. pp 1.2008.
[7] Williem Hasli. “Strategi Pemasaran Modern”.
Yogyakarta: Liberty. pp 132. 2008.
[8] Tata Sutabri. “Manajemen Pemasaran Jasa: Teori
dan Praktek”. Jakarta: Salemba Empat. pp 12. 2008.
[9] Nanang Fatah. “Landasan Manajemen Olahraga,
Remaja Rosdakarya”. Bandung. pp 32. 2009.
[10] Kotler. “Marketing and Public Relation”. New
Jersey: Prentice Hall. pp 91. 1994.
[11] Porter M.E. “The Five Competitive Forces That
Shape Strategy”. Harvard Business Review.
pp 23. 1999.
[12] Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007. “Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, Jakarta: Depdiknas.
[13] Yuyus Suryana. “Kewirausahaan: Pendekatan
Karakteristik Wirausahawan Sukses”. Jakarta: Kencana. pp 3-4. 1999.
[14] Sugihartono. “Psikologi Pendidikan”.
Yogyakarta: UNY Press. pp 74. 2007.
[15] Made Wena. “Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press. pp 10. 2009.
[16] Rosdiani. “Model Pembelajaran dalam Pendidikan
Jasamni dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta. pp 26. 2013.
[17] Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989. “Tentang sistem pendidikan nasional”: Jakarta: Depdiknas.
[18] Subagyo. “Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta:
Depdikbud. pp 134. 2008.
[19] Syamsudin. “Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan SMP/MTs”. Jakarta: Litara Pranada Media Group. pp 5.
2008.
[20] Wina Sanjaya. “Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan”. Jakarta: Prenada Media Group. pp
28-29. 2010.
1 komentar:
MGM Casino in Tunica: A Review of Casino & Hotel, Entertainment
Read MGM Casino's 2021 review of 광양 출장안마 its gaming floor, dining 시흥 출장안마 options, amenities, and casino near you. Click here to 군산 출장샵 read 경기도 출장마사지 the full 광주광역 출장샵 MGM Review.
Posting Komentar