MODEL PEMBELAJARAN
TEKNIK JIGSAW
A.
Pembelajaran
Kooperatif
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial, hal
itu dikarenakan manusia sebagai makhluk individu juga membutuhkan manusia lain.
Berdasar pada sifat manusia yang merupakan makhluk individu dan makhluk sosial
tersebut, maka perlu adanya sebuah bentuk pembelajaran di sekolah maupun di
luar sekolah yang mengadopsi dari sifat manusia tersebut, yang salah satunya
adalah dengan pembelajaran kooperatif.
Menurut Dornyei (200: 40) Pembelajaran kooperatif
adalah pengelolaan pembelajaran di kelas untuk memperoleh hasil belajar
bersama, di dalam mangatur kerjasama, siswa bekerja pada kelompok kecil dengan
setiap anggotanya bertanggung jawab pada hasil dan persamaan hak penilaian. Pembelajaran
kooperatif merupakan srategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya. Setiap anggota klompok harus saling bekerja sama dan saling
membentu untuk memahami materi pelajaran tanpa memandang perbedaan kemampuan
dan status sosial. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum
selesai jika suatu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Muhaimin dan Norma V. Leina (2003: 49) bahwa
siswa yang beradaptasi dalam kelompok
yang bersifat kooperatif memungkinkan dapat menerima dan bersikap positif
terhadap sesama. Dalam kelompok yang bersifat kooperatif, siswa dapat saling
mendorong satu sama lain serta mengembangkan perilaku toleran abtar sesama anggota
yang kebetulan berasal dari ras atau agama lain.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa diberikan
kepercayaan penuh untuk sedalam-dalammnya menggali materi yang berkenaan dengan
topik pembelajaraan. Dalam kelompok-kelompok kecil, siswa akan lebih terlibat
dan bertanggung jawab terhadap penguasaan meteri pembelajaran yang telah
dibagikan oleh pengajar, guru hanya memberikan arahan dan pencerahan terhadap
materi yang akan diajarkan yang selanjutnya materi tersebut akan lebih dalam
akan lebih dalam dipelajari sendiri oleh siswa.
Terdapat empat model pembelajaran kooperatif yang
berkembang saat ini, diantaranya yaitu: 1) Student Achievement Divisions
(STAD); 2) Jigsaw, 3) Group
Investigation (GI) dan 4) Metode Stuktural. Jenis-jenis model pembelajaran
kooperatif dari masing-masing
model memiliki kelemahan dan keunggulan
tersendiri sehingga pada hakikatnya model yang paling
tepat untuk setiap mata pelajaran sukar ditentukan.
Begitu juga guru sukar menggunakan model yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, namun dapat disimpulkan
bahwa setiap model pembelajaran itu dikatakan baik
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Sesuai dengan tujuan,
2) dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan guru, 3) tergantung dengan
kemampuan siswa, 4) Sesuai dengan besarnya kelompok, 5)
Melihat waktu pengumuman, 6) Melihat fasilitas yang ada.
B.
Pembelajaran
Teknik Jigsaw
Model pembelajaran teknik jigsaw pertama kali
dikembangkan oleh Elliot Aronson di Universutas Texas pada tahun 1971, kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan teman-tamannya di Universitas Jhn Hopkins.
pembelajaran teknik jigsaw merupakan
salah satu strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan keterlibatan siswa
dalam memroses pembelajaran dan melibatkan seluruh siswa. Dalam belajar siswa
harus mengajarkan ilmu yang dikuasai kepada orang lain (Endang Mulyani, 2005:
10).
Pembelajaran teknik jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian,
siswa dapat saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerjasama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
Menurut Aina Mulyana (2012: 1) Dalam pembelajaran teknik
jigsaw, esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus
tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap
ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini
mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab
dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok. Pembelajaran
teknik jigsaw, sangat dipentingkan kemampuan individual siswa untuk menjadi
peer-tutor bagi kemampuan kelompoknya, kelompok tersebut terdiri dari berbagai
siswa dengan tingkat heterogenitas yang tinggi.
Dalam pembelajaran teknik jigsaw, terdapat kelompok
asal yaitu kelompok induk yang beranggotakan peserta didik dengan kemampuan dan
latar belakang yang berbeda. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa
ahli. Kelompok ahli merupakan kelompok yang anggotannya berasal dari kelompok
asal yang berbeda, yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik atau
subbab tertentu. Berikut ini adalah gambar dalam pembelajaran teknik jigsaw.
![]() |
|||
|
Gambar
1. Pembelajaran Teknik Jigsaw
Berdasarkan gambar di atas, maka dapat dijelaskan
bahwa pembelajaran yang menerapkan teknik jigsaw, dilakukan melalui beberapa
tahapan, diantaranya sebagai berikut.
- Menentukan Materi Pokok Bahasan
Guru memilih satu materi tentang satu pokok bahawan
atau satu bab yang ada di kurikulum, dari bab tersebut kemudian dipecah menjadi
beberapa subbab sesuai dengan jumlah siswa dalam satu kelompok. Setiap anggota
kelompok ditugasi untuk membaca dan dan
mempelajari bagiannya pada bab tersebut, salam rangka mempelajari materinya,
siswa tersebut harus bergabung dengan siswa dari kelompok lain yang bertugas untuk
mempelajari materi yang sama, yaitu kedalam kelompok ahli.
- Diskusi antar Ahli
Dalam rangka meningkatkan kemampuannya, setiap tenaga
ahli harus banyak menggali informasi dari sumber yang lain. Kelompok tenaga
ahli juga harus mengadakan pertemuan secara berkala sesuai peraturan yang telah
disepakati oleh gurunya, hal tersebut berfungsi untuk saling memberikan
pengetahuannya melalui presentasi di depan teman-teman sesama tim ahli
Dalam tahap ini, guru harus mendorong para siswa untuk
menggunakan cara kerja belajar yang bervariasi. Tujuan diskusi di kelompok ahli
ini adalah, supaya siswa mempelajari lebih dalam subbab tersebut dan menyiapkan
ringkasan presentasi untuk mengajarkan subbab tersebut kepada kelopok kecil
masing-masing.
- Presentasi Kelompok Asal
Masing-masing anggota kelompok ahli kembali ke
kelompok asal setelah anggota kelompok tersebut menguasai secara baik
bagian-bagian materi yang dipelajari di dalam kelompok ahli, sehingga
masing-masing kelompok siap mengajarkan materi yang telah dikuasai kepada
anggota kelompok asalnya. Dalam kegiatan presentasi di kelompok asal ini, guru
harus mendorong anggota kelompok untuk mengajukan pertanyaan ke panyaji dan
mendiskusikan topik setiap subbab secara lebih mendalam lagi.
- Tahap Penghargaan
Pada tahap ini, guru mendorong siswa supaya lebih kompak,
untuk itu sebaiknya guru menyusun laporan peningkatan kemampuan kelompok.
Penting untuk dipahami bahwa menghargai siswa secara akademik dari kelompok
berkemampuan rendah merupakan bagian integral keefektifan pembelajaran teknik
jigsaw, jika ada siswa siswa yang diduga memiliki dan konsisten yang rendah dan
mengalami kemajuan yang baik, maka sebaiknya guru memberikan penghargaan khusus
yang bersifat terbuka untuk kompetensi ini.
Perbedaan pembelajaran teknik jigsaw dengan model
pembelajaran yang lainnya adalah terletak pada adanya tenaga ahli dalam satu
kelompok belajar. Setiap anggota kelompok menjadi tanaga ahli paba subbab
materi yang ditentukan oleh gurunya. Dengan demikian tiap-tiap siswa dalam
kelompok akan mempunyai tanggung jawab untuk menguasai subbab materi yang telah
dibagikan, demikian juga dengan kelompok yang lainnya, sehingga dalam kekompok
akan terdapat seseorang siswa yang menguasai subbab materi tertentu. Para
anggota dari kelompok yang berbeda dangan topik yang sama bertemu untuk
berdiskusi, mereka disibut sebagai kelompok ahli atau kelompok pakar yang
saling bantu satu sama lain tentang topik pembelajaran. Kemudian semua siswa
kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok asal,
tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan kelompok ahli.
C.
Kelebihan
Pembelajaran Teknik jigsaw
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa
pembelajaran teknik jigsaw memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu.
- Mengembangkan hubungan antar pribadi secara positif.
- Menerapkan bimbingan sesama teman.
- Rasa harga diri siswa semakin tinggi.
- Memperbaiki kehadiran dan keefekltifan dalam keikutsertaan belajar.
- Sikao apatis berkurang.
- Meningkatkan motiovasi belajar
- Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar.
D.
Kelemahan
Pembelajaran Teknik jigsaw
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa
pembelajaran teknik jigsaw memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu.
- Jika anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah.
- Membutuhkan waktu lama jika, terutama masalah pengkondisian dan penataan ruang.
- Jika guru tidak meningatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif, maka dikhawatirkan kelompok akan macet.
E.
Daftar
Kepustakaan
Aina
Mulyana. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jogsaw. http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html.
Waktu Akses: Minggu, 7 Oktober 2012, Pukul 09.40 WIB.
Dornyei,
Z. (2000). Theaching and Researching
Motivation. London: Longman.
Endang
Mulyani, & Daru Wahyuni. (2005) Strategi Peningkatan Kemandirian dan
Kreativitas Mahasiswa dalam Belajar Ekonomi melalui Pembelajaran Aktif dengan Teknik
jigsaw. Laporan Penelitian: FIS UNY.
Muhaimin
dan Norma V. Leina (2003). Pembelajaran yang Efektif. Jakarta: CV. Mekar Jaya.
0 komentar:
Posting Komentar